Allah Always Beside Me


Ceritanya, hari sabtu lalu saya dan bibi* saya pergi ke jakarta karena ada beberapa keperluan. Saya pergi tanpa Arsyad. Sebetulnya ingin sekali pergi dengan mengajak Arsyad, tapi untuk saat ini, tidak memungkinkan untuk mengajak dia. Kadang malah justru jadi kasihan karena jadwal makannya yang jadi tidak teratur kalau diajak, dan juga pastinya kelelahan, karena kami pergi menggunakan angkutan umum.

Arsyad diasuh oleh neneknya di rumah. Perjalanan berangkat alhamdulillah lancar dengan menggunakan kereta. Namun, sayangnya kami tidak mendapat tiket untuk pulang. Kenyamanan menggunakan kereta adalah tidak berdesak-desakan dan bisa duduk bahkan tidur dengan nyaman. Saya khawatir bagaimana perjalanan pulang kami.  Apalagi saat itu malam minggu yang biasanya jalan raya selalu padat. Saya teringat Arsyad. Dia pasti akan sudah menunggu saya kalau pulang terlalu malam. Tapi apa daya, saya hanya bisa berdoa semoga perjalanan pulang lancar.

Saya dan bibi saya memilih menggunakan APTB hingga Ciawi gerimisung dengan mobil colt sampai Sukabumi. Jam 4 sore kami baru naik APTB. Jadi perkiraan pukul 8 malam akan sampai di rumah..APTB penuh dengan penumpang, awalnya saya tak kebagian duduk. Badan sudah lelah, berdiri pula, juga senyuman anak kecil yang giginya baru satu itu terus (baca: Arsyad) ada di kepala. Ah lengkaplah sudah. Tapi setelah ada beberapa penumpang bergeser, akhirnya bisa duduk walaupun dekat dengan pintu dan posisi mundur. Tak masalah yang penting bisa duduk.

Perjalanan menuju Ciawi cukup lancar walaupun agak mengantre di gerbang keluar tolnya. Kendaraan cukup padat di gerbang tol ciawi tersebut. Hujan gerimis turun saat saya dan Bibi turun dari bus APTB dan hendak mencari mobil colt untuk menuju Sukabumi.

Ciri khas dari mobil colt jurusan Bogor-Sukabumi ini biasanya padat dan bedesakan. Selain itu, mobil colt ini terkenal dengan julukan mobil setan karena kebiasaan para sopirnya yang selalu mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Banyak yang segan menaiki mobil ini karena itu, namun banyak juga yang memilih colt ini karena hal itu. Jadi penunpang bisa lebih cepat sampai di tempat tujuan jika sedang diburu waktu. Ya seperti saya ini, ingin segera pulang karena ditunggu sang jagoan kecil. Namun sebetulnya saya tak juga menghendaki kalau sopirnya kebut-kebutan dan ugal-ugalan.

Saya dan bibi memilih tempat duduk di depan (dekat sopir)agar tak terlalu berdesakan. Jalanan masoh agak padat tapi tak membuat kami diam. Mobil yang kami naiki masih bisa melaju. Saya bersyukur ternyata sopir yang membawa kami mengendarai mobilnya dengan baik. Tak ugal-ugalan juga tak menyerobot sana sini, karena biasanya jarang ada sopir colt seperti itu. Sehingga kami bisa duduk dengan tenang.

Arsyad masih tetap di kepala. Saat itu sudah hampir pukul  8, dan dia masih belum tidur. Sempat terdengar suaranya di ujung telepon saat berbicara dengan mama, dia menangis. Aaaah ingin cepat sampai. Alhamdulillah lagi, perjalanan setelah cibadak lancar. Dan akhirnya saya sampai di rumah sekitar pukul setengah 9 malam ketika Asyad baru saja tertidur setelah kelelahan menunggu.

Perjalanan tanpa Arsyad cukup membuat hati greget karena selalu membuat ingin cepat ada di rumah kembali, namun kondisi di perjalanan kadang tidak sesuai dengan harapan. Tapi sudah sepatutnya saya bersyukur, karena ternyata saudara saya yang juga melakukan perjalanan dari Jakarta ke Sukabumi pada hari Minggu harus rela menikmati perjalanan hingga 11jam. Dia berangkat dari jakarta pukul 13.00 dan sampai di Sukabumi pukul 12 malam. Saya harus benar-benar bersyukur karena Allah always beside me dan Allah selalu menolong saya karena Allah sebaik-baik penolong.

*bibi : panggilan untuk adik ayah/ibu dalam Bahasa Sunda

Komentar