"Pahlawan" bagi Arsyad (Part 1)

Bagi hampir semua anak balita, dokter anak sepertinya menjadi tempat yang pernah dikunjungi. Tak hanya sekali. mungkin berkali-kali atau bahkan hingga sebulan dua kali. Bagi emak-emak pemula seperti saya, awalnya syok. Tapi ya begitulah kata orang-orang, ya namanya anak balita, kalau belum usia 5 tahun pasti ada masanya begitu, dinikmati aja.

Ya begitu pula juga yang Arsyad alami. Demam lah, batuklah, flu, diare, seputaran itu sih..namun, bagi Arsyad, tak hanya dokter, ada sosok “pahlawan” lain yang juga sering dikunjungi, yaitu Mak Sasam. Mak sasam ini adalah tukang urutnya Arsyad. Mak Sasam yang berprofesi sebagai “paraji” (sunda) sudah terbiasa mengurus dan mengurut ibu yang hamil, menolong persalinan, hingga mengurut bayi.

Selain pengobatan medis ala dokter, jika Arsyad sakit atau sekadar masuk angin, lebih seringnya sih diurut saja, karena saya tak ingin Arsyad lebih sering minum obat. Selain itu, karena pada dasarnya setiap bayi itu memang aktif, terlebih ketika sedang berjalan merangkak atau belajar berjalan misalnya, seringkali saya ingin mengecek kondisi badannya karena khawatir badannya “tikelai” (sunda: ada posisi tulang di badannya yang bergeser). Jadi jika badan Arsyad agak demam, kemungkinannya adalah muncul gigi atau “tikelai” tadi. Kalau sudah diurut Mak Sasam rasanya agak plong. J tapi tetap sih ke dokter juga dijalanin. Ya karena khawatir.

Terus bagaimana reaksi Arsyad saat diurut? Hmmm..jangan ditanya..nangis terus. Apalagi saat ini dia sudah lebih mengerti, ketika melihat rumahnya saja, langsung nangis minta pulang, padahal belum ketemu dengan orangnya.  Tapi, walaupun saat diurutnya nangis, setelah selesai diurut kembali ceria dengan kondisi badan yang lebih nyaman sepertinya.


Mak sasam ini jam terbangnya sudah kemana-mana lho. Jika ingin diurut oleh Mak Sasam betul-betul harus sepagi mungkin menjemputnya agar tak keduluan orang lain..hehe. kenapa dijemput? Karena supaya lebih cepat dan kasihan kalau harus berjalan jauh. Usianya memang sudah cukup tua tapi memang gak tua-tua banget sih.  Di kampung saya, keberadaan paraji sudah langka, sehingga ya begitulah, Mak Sasam menjadi orang yang sangat dibutuhkan banyak orang. Jadi rebutan sana-sini hehe.. Semoga sehat terus ya Mak. Lebih baik lagi kalau ada regenerasi ya Mak. :D 

Komentar