Beberapa waktu lalu kami berkesempatan untuk berkunjung ke
Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Sudah lama rasanya tidak mengajak anak-anak
untuk pergi jalan-jalan ke tempat untuk sekadar rekreasi dan memberikan ruang untuk
mereka bebas berlari juga mengetahui hal-hal baru.
Awalnya kami agak khawatir anak-anak di bawah 12 tahun
tidak boleh masuk, tapi berdasarkan informasi dari teman tak ada pemeriksaan
apapun untuk masuk ke sana. Betul saja kami semua termasuk anak-anak yang
berusia 3 tahun lebih bisa masuk.
Tiket masuk ke TMII saat ini adalah Rp20.000 perorang, dan
Rp15.000 untuk biaya motor. Kami dengan bebas bisa pergi dari satu anjungan ke
anjungan lain dengan nyaman karena menggunakan motor. Karena jarak anjungan
satu dengan yang lainnya cukup jauh, jadi memang lebih nyaman jika membawa
motor atau mobil sendiri, walaupun sebenarnya di dalam ada penyewaan sepeda.

Anak-anak senang sekali di sana. Mereka dengan bebas berlari
dan melihat banyak hal baru. Pertama kami berkunjung ke anjungan Sumatera
Barat, karena kebetulan suami berdarah Padang jadi kami senang bisa ke anjungan
ini. Setidaknya mengobati kerinduan suami saya yang sudah lama sekali belum
berkunjung ke sana. Pun saya dan anak-anak juga senang, walau anak-anak tidak paham
hal itu. Anak-anak lebih senang karena melihat patung dan mainan tentunya.
Setelah cukup puas berfoto di depan Rumah Gadang dan di area
anjungan itu, kami beranjak ke danau dan menaiki angsa besar untuk mengitari
danau itu. Itu menjadi obat pereda tangis anak kami yang tadi menangis karena
ingin mainan, hehe. Akhirnya dia senang ingin menaiki angsa itu. Biaya
penyewaannya adalah Rp40.000 untuk 15 menit, tapi rasanya kami lebih dari 15
menit dan nanti petugas akan memanggil jika waktu penyewaannya sudah habis.
Kami betul-betul memanfaatkan waktu berputar-putar di danau. Rasanya waktu kami
lebih dari 15 menit dan tidak dipanggil juga hehe. Karena sudah lelah akhirnya
kami menepi walau belum dipanggil.

Hal menyenangkan lainnya adalah bisa makan bersama di
pinggir danau. Kami membawa bekal makanan dari rumah. Di sana enak karena
kita bisa membawa makanan dari rumah. Bahkan kami lihat ada juga orang lain
yang menggelar tikar. Sayangnya kami tidak bawa tikar. Jadi kami menggunakan
alas seadanya saja. Walau sederhana tapi rasanya nikmat sekali.
Berkeliling TMII ini rasanya bernostalgia belasan tahun
lalu. Dulu saat penjemputan ibadah haji di Cengkareng, saya dan keluarga
biasanya sering ikut menjemput tapi menunggu di Taman Mini ini sekalian
rekreasi. Jadi jika ada saudara atau tetangga yang pergi berhaji, kami senang
karena kami bisa ke Taman Mini untuk menjemput. walau yang pergi haji hanya
satu orang, penjemputnya itu bisa sampai 2 bus wkwkwk. Dan hampir setiap tahun
ada yang pergi beribadah haji, entah itu saudara ataupun tentangga. Jadi hampir tiap
tahun pula ke Taman Mini ini media rekreasi rutin.
Saat ini, memang tidak semua anjungan dibuka. Ada yang sedang
proses renovasi, ada juga memang sengaja ditutup. Tapi walau bagitu, kami
masih bisa berkeliling dan menikmati karena memang TMII ini luas. Selanjutnya, kami
berkunjung juga ke anjungan Sulawesi dan NTB. Bagi saya senang sekali karena bisa
melihat rumah adat dan melihat budaya di daerah itu. Bagi anak-anak senang
karena melihat patung yang unik-unik
Oiya dulu yang paling “hits” itu adalah Keong Mas, sayangnya
saat ini Keong Mas tidak dibuka jadi kami hanya bisa berfoto di depannya saja.
Satu lagiiii..kereta gantungnya masih beroperasi lhoo dan tidak berubah. Tapi
entah kenapa agak ngeri untuk menaiki itu hehe. Dulu sih setiap ke TMII pasti naik
kereta gantung. Kemarin kami hanya melihat saja. Banyak tempat makan atau
restoran cepat saji yang tutup dan rusak juga. Tapi untuk toko souvenir dan
makanan ringan masih ada beberapa yang buka tapi itu pun sepi pembeli. Sedih
juga rasanya, ya tapi bagaimana lagi. Situasi pandemi seperti ini memang sangat
berdampak ke semua sektor ya. Semoga pandemi segera berlalu.
Komentar
Posting Komentar